Ringkasan sifat shalat nabi

Diterbitkan: 9 November 2022

1. MENGHADAP KA’BAH

  • Apabila anda wahai Muslim ingin menunaikan shalat, menghadaplah ke Ka’bah (qiblat) dimanapun anda berada, baik shalat fardlu maupun shalat sunnah, sebab ini termasuk diantara rukun-rukun shalat, dimana shalat tidak sah tanpa rukun ini.
  • Wajib bagi yang melihat Ka’bah untuk menghadap langsung ke porosnya, bagi yang tidak melihatnya maka ia menghadap ke arah Ka’bah.
SEORANG TIDAK MENJADI KEHARUSAN MENGHADAP KIBLAT PADA SAAT :
  • seorang yang sedang berperang pada pelaksanaan shalat khauf saat perang berkecamuk dahsyat.
  • orang yang tidak sanggup seperti orang yang sakit atau orang yang dalam perahu, kendaraan atau pesawat bila ia khawatir luputnya waktu.
  • orang yang shalat sunnah atau witir sedang ia menunggangi hewan atau kendaraan lainnya. Tapi dianjurkan kepadanya. jika hal ini memungkinkan supaya menghadap ke qiblat pada saat takbiratul ikhram, kemudian setelah itu menghadap ke arah manapun kendaraannya menghadap.
HUKUM SHALAT TANPA MENGHADAP KA’BAH KARENA KELIRU
  • Apabila shalat tanpa menghadap qiblat karena mendung atau ada penyebab lainnya sesudah melakukan ijtihad dan pilihan, maka shalatnya sah dan tidak perlu diulangi.
  • Apabila datang orang yang dipercaya saat dia shalat, lalu orang yang datang itu memberitahukan kepadanya arah qiblat maka wajib baginya untuk segera menghadap ke arah yang ditunjukkan, dan shalatnya sah.

2. BERDIRI

  • Wajib bagi yang melakukan shalat untuk berdiri, dan ini adalah rukun, kecuali bagi :
    • Orang yang shalat khauf saat perang berkecamuk dengan hebat, maka dibolehkan baginya shalat diatas kendaraannya.
    • Orang yang sakit yang tidak mampu berdiri, maka boleh baginya shalat sambil duduk dan bila tidak mampu diperkenankan sambil berbaring.
    • Orang yang shalat nafilah (sunnah) dibolehkan shalat di atas kendaraan atau sambil duduk jika dia mau, adapun ruku’ dan sujudnya cukup dengan isyarat kepalanya, demikian pula orang yang sakit, dan ia menjadikan sujudnya lebih rendah dari ruku’nya.

3. NIAT

  • Bagi yang akan shalat harus meniatkan shalat yang akan dilaksanakannya serta menentukan niat dengan hatinya, seperti fardhu zhuhur dan ashar, atau sunnat zhuhur dan ashar. Niat ini merupakan syarat atau rukun shalat. Adapun melafazhkan niat dengan lisan maka ini merupakan bidah, menyalahi sunnah, dan tidak ada seorangpun yang menfatwakan hal itu di antara para ulama yang ditokohkan oleh orang-orang yang suka taqlid (fanatik buta).

4. TAKBIR

  • memulai shalat dengan membaca “Allahu Akbar” (Allah Maha Besar). Takbir ini merupakan rukun. berdasarkan sabda Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam:
    “Pembuka Shalat adalah bersuci, pengharamannya adalah takbir, sedangkan penghalalannya adalah salam”.

    Pengharaman maksudnya: haramnya beberapa perbuatan yang diharamkan oleh Allah di dalam shalat.

    Penghalal maksudnya: halalnya beberapa perbuatan yang dihalalkan oleh Allah di luar shalat.

  • Tidak boleh mengeraskan suara saat takbir di semua shalat, kecuali jika menjadi imam.

  • Boleh bagi muadzin menyampaikan (memperdengarkan) takbir imam kepada jamaah jika keadaan menghendaki, seperti jika imam sakit, suaranya lemah atau karena banyaknya orang yang shalat.

  • Ma’mum tidak boleh takbir kecuali jika imam telah selesai takbir.

Mengangkat Kedua Tangan dan Caranya
  • Mengangkat kedua tangan, boleh bersamaan dengan takbir, atau sebelumnya, bahkan boleh sesudah takbir. Kesemuanya ini ada landasannya yang sah dalam sunnah Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam.
  • Mengangkat tangan dengan jari-jari terbuka.
  • Mensejajarkan kedua telapak tangan dengan pundak/bahu, sewaktu-waktu mengangkat lebih tinggi lagi sampai sejajar dengan ujung telinga.
Meletakan Kedua Tangan dan Caranya
  • Kemudian meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri sesudah takbir, ini merupakan sunnah (ajaran) para nabinabi Alaihimus Shallatu was sallam dan diperintahkan oleh Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam kepada para sahabat beliau, sehingga tidak boleh menjulurkannya (melepaskannya) kebawah.
  • Meletakkan (telapak) tangan kanan di atas punggung tangan kiri dan di atas pergelangan dan lengan.
  • Kadang-kadang menggenggam tangan kiri dengan tangan kanan.
Tempat Melatakan Tangan
  • Keduanya diletakkan di atas dada. Laki-laki dan perempuan dalam hal tersebut sama.
  • Tidak meletakkan tangan kanan di atas lambung.
Khusyu dan Melihat ke Tempat Sujud
  • Hendaklah berlaku khusyu dalam shalat dan menjauhi segala sesuatu yang dapat melalaikan dari khusyu seperti perhiasan dan lukisan, janganlah shalat saat berhadapan dengan hidangan yang menarik, demikian juga saat menahan buang air besar dan kencing.
  • Memandang ke tempat sujud saat berdiri.
  • Tidak menoleh ke kanan dan ke kiri, karena menoleh adalah curian yang dilakukan oleh syaitan dari shalat seorang hamba.
  • Tidak boleh mengarahkan pandangan ke langit (ke atas).
Doa Istiftah (Pembukaan)

5. BACAAN SHOLAT

  • Kemudian wajib ta’awwudz (berlindung kepada Allah Ta’ala), dan bagi yang meninggalkannya mendapat dosa.
  • Kemudian membaca basmalah.
Membaca Al-Fatihah
  • Kemudian membaca surat Al-Fatihah sepenuhnya termasuk bismillah, ini adalah rukun shalat dimana shalat tak sah jika tidak membaca Al-Fatihah, sehingga wajib bagi orang-orang Ajm (non Arab) untuk menghafalnya.
  • Bagi yang tak bisa menghafalnya boleh membaca: “Subhaanallah, wal hamdulillah walaa ilaha illallah, walaa hauwla wala quwwata illaa billah”.
Kapan Makmum Membaca Al-Fatihah
  • Wajib bagi ma’mum membaca Al-Fatihah di belakang imam yang membaca sirr (tidak terdengar) atau saat imam membaca keras (jahar) tapi ma’mum tidak mendengar bacaan imam, demikian pula ma’mum membaca Al-Fatihah bila imam berhenti sebentar untuk memberi kesempatan bagi ma’mum yang membacanya. Meskipun kami menganggap bahwa berhentinya imam di tempat ini tidak tsabit dari sunnah.

    Berikut ini penjelasan bagus dari Ustadz Sofyan Chalid bin Idham Ruray tentang masalah ini. Ustadz Sofyan Chalid bin Idham Ruray - Hukum Membaca Al-Fatihah bagi Makmum

Bacaan Sesudah Al-Fatihah
  • Disunnahkan sesudah membaca Al-Fatihah, membaca surat yang lain atau beberapa ayat pada dua raka’at yang pertama. Hal ini berlaku pula pada shalat jenazah.
  • Kadang-kadang bacaan sesudah Al-Fatihah dipanjangkan kadang pula diringkas karena ada faktor-faktor tertentu seperti safar (bepergian), batuk, sakit, atau karena tangisan anak kecil.
  • Panjang pendeknya bacaan berbeda-beda sesuai dengan shalat yang dilaksanakan. Bacaan pada shalat subuh lebih panjang daripada bacaan shalat fardhu yang lain, setelah itu bacaan pada shalat dzuhur, pada shalat ashar, lalu bacaan pada shalat isya, sedangkan bacaan pada shalat maghrib umumnya diperpendek.
  • Sunnah membaca lebih panjang pada rakaat pertama dari rakaat yang kedua.
  • Memendekkan dua rakaat terakhir kira-kira setengah dari dua rakaat yang pertama.
Mengeraskan (Jahar) dan Mengecilkan (Sirr) Bacaan
  • Sesekali boleh bagi imam memperdengarkan bacaan ayat pada shalat-shalat sirr (yang tidak dikeraskan).
  • Adapun witir dan shalat lail bacaannya kadang tidak dikeraskan dan kadang dikeraskan.
Membaca Al-Qur'an dengan Tartil
  • Sunnah membaca Al-Qur’an secara tartil (sesuai dengan hukum tajwid) tidak terlalu dipanjangkan dan tidak pula terburu-buru, bahkan dibaca secara jelas huruf perhuruf. Sunnah pula menghiasi Al-Qur’an dengan suara serta melagukannya sesuai batas-batas hukum oleh ulama ilmu tajwid. Tidak boleh melagukan AlQur’an seperti perbuatan Ahli Bid’ah dan tidak boleh pula seperti nada-nada musik.
Membenarkan Bacaan Imam
  • Disyari’atkan bagi ma’mum untuk membetulkan bacaan imam jika keliru.

6. RUKU

Tata Cara Ruku
  • Meletakkan kedua tangan di atas lutut dengan sebaikbaiknya, lalu merenggangkan jari-jari seolah-olah menggenggam kedua lutut. Semua itu hukumnya wajib.
  • Mensejajarkan punggung dan meluruskannya, sehingga jika kita menaruh air di pung- gungnya tidak akan tumpah. Hal ini juga wajib.
  • Tidak merendahkan kepala dan tidak pula mengangkatnya tapi disejajarkan dengan punggung.
  • Merenggangkan kedua siku dari badan/lambung.
  • Mengucapkan saat ruku: “Subhaana rabbiiyal a’dzhiim”.

7. I’TIDAL

  • Mengangkat punggung dari ruku‟ dan ini adalah rukun.
  • Dan saat i‟tidal mengucapkan: “Sami allahu-liman hamidah”.
  • Mengucapkan saat berdiri: “Rabbanaa wa lakal hamdu”.

jika shalat berjamaah ucapan itidal hanya dibaca oleh imam, sedangkan makmum hanya membaca bacaan saat berdiri.

8. SUJUD

  • Lalu mengucapkan “Allahu Akbar” dan ini wajib.
Turun dengan Mendahulukan Kedua Tangan
  • Lalu turun untuk sujud dengan kedua tangan diletakkan terlebih dahulu sebelum kedua lutut, demikianlah yang diperintahkan oleh Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam serta tsabit dari perbuatan beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam. Dan beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam melarang untuk menyerupai cara berlututnya unta yang turun dengan kedua lututnya yang terdapat di kaki depan.
  • Merapatkan jari jemari.
  • Lalu menghadapkan jari jemari ke kiblat.
  • Merapatkan kedua tangan sejajar dengan bahu.
  • Kadang-kadang meletakkan keduanya sejajar dengan telinga.
  • Mengangkat kedua lengan dari lantai dan tidak meletakkannya seperti cara anjing. Hukumnya adalah wajib.
  • Menempelkan hidung dan dahi ke lantai, ini termasuk rukun.
  • Juga menempelkan kedua lutut ke lantai.
  • Demikian pula ujung-ujung jari kaki.
  • Menegakkan kedua kaki, dan semua ini adalah wajib.
  • Menghadapkan ujung-ujung jari ke kiblat.
  • Meletakkan/merapatkan kedua mata kaki.
  • Mengucapkan ketika sujud: “Subhaana rabbiyal alaa”. diucapkan tiga kali atau lebih.
  • Disukai untuk memperbanyak do‟a saat sujud, karena saat itu do‟a banyak dikabulkan.
  • Boleh sujud langsung di tanah, boleh pula dengan pengalas seperti kain, permadani, tikar dan sebagainya.
  • Tidak boleh membaca Al-Qur‟an saat sujud.

9. DUDUK DIANTARA 2 SUJUD (Iftirasy) DAN IQ’A (Duduk dengan tumit)

  • Kemudian mengangkat kepala sambil takbir, dan hukumnya adalah wajib.
  • Lalu duduk dengan tenang sehingga semua tulang kembali ke tempatnya masing-masing, dan ini adalah rukun.
  • Melipat kaki kiri dan mendudukinya (iftirasy). Hukumnya wajib.
  • Boleh iq’a sewaktu-waktu, yaitu duduk di atas kedua tumit.
  • Lalu Mengucapkan : “Rabbigfirlii, Rabbigfilii”.

10. BANGKIT KERAKAAT SELANJUTNYA

  • Setelah mengangkat kepala dari sujud kedua, dan ingin bangkit ke rakaat yang kedua wajib takbir.
  • Duduk sebentar di atas kaki kiri seperti duduk iftirasy sebelum bangkit berdiri, sekadar selurus tulang menempati tempatnya.
  • Kemudian bangkit raka‟at kedua ini termasuk rukun, sambil menekan ke lantai dengan kedua tangan yang terkepal atau bisa juga dengan tangan terbuka seperti saat sujud.

11. TASYAHUD AWAL

  • Setelah selesai dari raka‟at kedua duduk untuk tasyahud (awal), hukumnya wajib.
  • Duduk iftirasy seperti pada duduk diantara dua sujud.
  • Tapi tidak boleh iq’a di tempat ini.
  • Menggenggam jari-jari tangan kanan seluruhnya, dan sewaktu-waktu meletakkan ibu jari di atas jari tengah.
  • Kadang-kadang membuat lingkaran ibu jari dengan jari tengah.
  • Mengisyaratkan jari telunjuk ke qiblat dan mata melihat ke ujung jari telunjuk.
  • Tasyahud adalah wajib, jika lupa harus sujud sahwi.
  • Membaca tasyahud dengan sirr (tidak dikeraskan).
  • Bacaannya: “At tahiyyaatul mubaarokaatush sholawaatuth thoyyibaat lillah. Assalaamu ‘alaika ayyuhan nabiyyu wa rahmatullahi wa barokaatuh. Assalaamu ‘alainaa wa ‘alaa ‘ibaadillahish sholihiin. Asyhadu alla ilaaha illallaah wa asyhadu anna Muhammadan rasulullah”.

12. RAKAAT KETIGA

  • Bangkit dari rakaat kedua ke rakaat ketiga dengan mengangkat tangan seperti pada rakaat pertama.
  • Lakukan gerakan seperti rakaat pertama.

13. RAKAAT KEEMPAT

  • Bangkit dari rakaat ketiga ke rakaat keempat tanpa mengangkat tangan seperti pada rakaat kedua.
  • Lakukan gerakan seperti rakaat kedua.

14. TASYAHUD AKHIR

  • Kemudian duduk untuk tasyahud akhir dengan duduk tawaruk, keduanya adalah wajib.
  • Melakukan pada tasyahud akhir apa yang dilakukan pada tasyahud awal.
  • Hanya saja duduk dalam tasyahhud ini dengan cara tawarruk yaitu meletakkan pangkal paha kiri ke tanah dan mengeluarkan kedua kaki dari satu arah dan menjadikan kaki kiri ke bawah betis kanan.
  • Menegakkan kaki kanan.
  • Kadang-kadang boleh juga dijulurkan.
  • Menutup lutut kiri dengan tangan kiri yang bertumpu padanya.
  • Bacaannya: “At tahiyyaatul mubaarokaatush sholawaatuth thoyyibaat lillah. Assalaamu ‘alaika ayyuhan nabiyyu wa rahmatullahi wa barokaatuh. Assalaamu ‘alainaa wa ‘alaa ‘ibaadillahish sholihiin. Asyhadu alla ilaaha illallaah wa asyhadu anna Muhammadan rasuulullah, Allahumma sholli ‘ala Muhammad wa ‘ala aali Muhammad kamaa shollaita ‘ala Ibroohim wa ‘ala aali Ibrohim, innaka hamidun majiid. Allahumma baarik ‘ala Muhammad wa ‘ala aali Muhammad kamaa baarokta ‘ala Ibrohim wa ‘ala aali Ibrohimm innaka hamidun majiid.”