Syarah Aqidah Wasithiyah bagian 2 & 3

Diterbitkan: 13 Maret 2024


بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم


Mengapa perlu mempelajari aqidah wasithiyah ini ?

  1. karena isi kandungan kitab ini merujuk pada alquran dan sunnah serta ijma(kesepakatan) para salaf (sahabat, tabiin, tabiut tabiin).
  2. karena buku ini ditulis dalam analisa yang dalam dan ilmu yang luas tentang aqidah islam yang benar sesuai pemahaman salaf.
  3. karena buku ini cukup ringkas, dan mencakup seluruh aqidah yang benar yang dibutuhkan umat muslim.
  4. kitab ini telah mendapatkan perhatian yang besar dari para ulama.

buku aqidah wasithiyah dibuat oleh syikh islam ibnu taimiyah sebagai tanggapan atas permintaan sesorang dari negeri Wasith, meminta kepada Ibnu Taimiyah untuk membukukan tentang pandangan dan keyakinan yang diimaninya tentang akidah Islam untuk dijadikan pegangan di negeri tersebut. Kitab ini kemudian ditulis secara ringkas, jelas, dan gamblang, dikerjakan dalam waktu singkat selepas salat ashar hingga sebelum maghrib.

Al Firqatun Najiyah (AHLUS SUNNAH WAL JAMA’AH)

Firqah (dengan huruf fa’ dikasrahkan) artinya sekelompok manusia. Ia disifati dengan an-najiyah (yang selamat), dan Al-Manshurah (yang mendapat pertolongan).

AlFirqotun najiyah artiny kelompok yang selamat.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Orang Yahudi berpecah belah menjadi 71 golongan. Orang Nasrani berpecah belah menjadi 72 golongan. Sedangkan umatku akan berpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan. Semuanya (terancam) masuk ke dalam neraka kecuali satu golongan saja.”
Para sahabat bertanya: “Siapakah mereka, wahai Rasulullah?”
Beliau menjawab: “Mereka adalah orang-orang yang mana aku dan para sahabatku berpegang teguh padanya.” (HR. Tirmidzi no. 2641, Hakim 1: 129, dan lain-lain. Lihat Ash-Shahihah no. 203, 204, dan 1492)

10 Karakteristik Al Firqatun Najiyah

  1. sumber agama mereka adalah alquran dan assunnah.
  2. mengikuti dalil alquran dan assunnah tidak menolaknya atau lebih mendahulukan selainnya.

    surat az-zukhruf ayat 23:
    “Dan demikian juga ketika Kami mengutus seorang pemberi peringatan sebelum engkau (Muhammad) dalam suatu negeri, orang-orang yang hidup mewah (di negeri itu) selalu berkata, “Sesungguhnya kami mendapati nenek moyang kami menganut suatu (agama) dan sesungguhnya kami sekedar pengikut jejak-jejak mereka.”

  3. menerima seluruh dalil alquran dan assunnah, serta meyakini tidak ada kontradisi antar dalil dalil tersebut. alquran dari allah, dan assunnah juga dari allah sehingga tidak ada yang bertolak belakang. oleh karena itu syaikh islam ibnu taimiyah membuat kitab Dar’ ta’āruḍ al-‘aql wa-al-naql
  4. mereka meyakini dalil tidak bertentangan dengan akal.
  5. mereka meyakini akal adalah alat untuk memahami dalil, bukan sebagai dalil tersendiri.

    contoh: umpamakan akal bagaikan cahaya lilin, dalil bagaikan cahaya matahari.
    “ketika kita berada di gua yang gelap kita menemukan sebuah lilin, kita berjalan terus sampai kita bertemu sebuah cahaya yang terang dari luar gua. apa yang akan kita lakukan pada lilin tersebut ? pasti kita akan tiup lilin tersebut.”
    begitulah perumpamaan antara akal dan dalil. jika akal kita bertentangan dengan dalil, kita harus meninggalkan akal kita.

  6. mereka meyakini agama islam telah sempurna, mereka berhati” kepada bid’ah serta memperingatkan kepada orang lain akan bahayanya. dalilnya ada pada surat al maaidah ayat 3:

    Allah Azza wa Jalla berfirman:
    “… Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agama bagimu …” [Al-Maa-idah/5:3]

  7. mereka meyakini bahwa generasi umat ini adalah para salafus shalih (sahabat, tabiin, tabiut tabiin)
  8. mereka adalah orang-orang yang memiliki sifat pertengahan, tidak berlebihan dan tidak pula bermudah”an.
  9. mereka adalah orang-orang yang cinta persatuan dan kebersamaan.
  10. mereka meyakini bahwa tidak ada orang di umat ini yang maksum kecuali nabi muhammad صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ